Senin, 25 Oktober 2010

Warga Padang Panik

Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter mengguncang Sumatera Barat, Senin (25/10) pukul 21.42 WIB. Pusat gempa berada di sebelah barat Daya Pagai Selatan Mentawai, Sumbar.
Menurut data Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), episentrum gempa berada pada lokasi bujur 3,61 Lintang Selatan dan 99,93 Bujur Timur pada kedalaman 10 kilometer.

BMKG sempat mengingatkan akan potensi tsunami akibat gempa besar ini, namun tadi malam BMKG juga telah mencabut peringatan tsunami tersebut. Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 00.05 WIB, belum ada informasi apakah ada kerusakan dan korban jiwa di Mentawai, Padang dan sekitarnya.

Gempa yang terjadi di Kepulauan Mentawai terasa hingga ke Kota Padang. Guncangan gempa 7,2 skala Richter tersebut bahkan terasa hingga 30 detik dan sempat membuat warga panik akan ancaman terjadinya tsunami. Mereka yang sedang berada di pusat keramaian berhamburan menyelamatkan diri. Jalan-jalan di Padang tadi malam dipadati kendaraan.

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan, lokasi gempa jauh dari Kota Padang. Gubernur mengimbau warga tidak panik. “Kami belum mendapatkan laporan ada rumah yang retak-retak akibat gempa tersebut,” katanya.

Ia sendiri merasakan beberapa kali gempa susulan. “Ada empat gempa susulan yang dirasakan, namun skalanya lebih kecil,” tukasnya.

Berdasarkan data BMKG, gempa susulan terjadi pukul 22.21 WIB dengan kekuatan 5,5 SR. Pusat gempa terjadi 89 km Barat daya, Pagai Selatan, Mentawai, dengan kedalaman 22 km. Guncangan gempa ketiga terjadi pukul 22.31 WIB dengan kekuatan 5,0 SR. Pusat gempa terjadi di 51 Barat daya Pagai Selatan, Mentawai, dengan kedalaman 34 km.

Dari Indonesia bagian Timur dilaporkan, gempa berkekuatan 5,8 SR juga mengguncang Gorontalo, tadi malam pukul 20.05 WITA.

Kepala Teknis Badan Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo, Muhammad Makmur menjelaskan, pusat gempa terletak pada 0,25 Lintang Selatan dan 125,29 Bujur Timur, sekitar 189 km tenggara Gorontalo.
“Tepatnya di Bitung, Sulawesi Utara, pada kedalaman 10 km di bawah permukaan laut,” katanya.
Dia menjelaskan, gempa yang mengguncang selama beberapa detik itu, sama sekali tidak berpotensi Tsunami. “Gorontalo memang rawan gempa, namun warga tidak perlu khawatir, karena guncangan gempa tidak berpotensi tsunami,” katanya.

Paling Rawan Gempa

Gempa di Mentawai tadi malam terjadi hanya berselang setahun lebih 25 hari dihitung dari gempa dahsyat yang mengguncang Sumatera Barat tanggal 30 September 2009 silam. Gempa besar juga terjadi di Papua Barat tanggal 30 September 2010 dengan kekuatan 7,4 SR.

Di sepanjang kepulauan ini membujur dari Simelue hingga ke Siberut (Mentawai) di sisi barat pulau Sumatera memang sering terjadi gempa besar. Bahkan ilmuwan pakar gempa John McCloskey mengirim surat ke majalah Nature Geoscience Inggris memperingatkan ada kemungkinan gempa besar lagi setelah Desember 2004 yang menimbulkan tsunami dahsyat dan menewaskan ratusan ribu orang.

Para peneliti menunjukkan, penyebab ancaman gempa kali ini adalah karena tekanan pada ceruk laut Palung Sunda yang terus menerus meningkat tekanannya selama 200 tahun terakhir ini.
Palung Sunda ini posisinya sejajar dengan garis pantai barat pulau Sumatra, yang merupakan salah satu barisan titik gempa terkenal di seluruh dunia.

Dalam surat tersebut ilmuwan tidak segan-segan menunjukkan bahwa lempengan Mentawai Patch kini “telah mendekati ambang batas”, dan menyatakan bahwa gempa tidak dapat dihindari lagi. Dan wilayah ini dikenal dengan Kepulauan Mentawai di Indonesia.

“Di wilayah Mentawai ini kemungkinan akan terjadi gempa dahsyat berkekuatan 8,5 skala Richter, dan akan menimbulkan tsunami besar”, yang artinya tsunami besar yang melanda Asia Selatan pada 2004 silam akan terulang kembali, bahkan mungkin akan lebih parah. Ramalan McCloskey terkait gempa Aceh 2004 pernah dilontarkan dua minggu sebelum kejadian tapi dunia tidak menghiraukan.

Pada 28 Maret 2005, di Pulau Simeulue, Indonesia, terjadi gempa yang berkekuatan 8,6 skala Richter dengan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 3 meter.

Di bagian bawah Pulau Siberut di dekat Sumatera pernah terjadi gempa berkekuatan 8,7 skala Richter pada 1797, yang mengakibatkan lempeng patahan bergeser sejauh 10 meter dan menyebabkan gelombang tsunami yang sempat menenggelamkan Padang dan daerah sekitarnya.

Dan sejak saat itu tekanan pada lempeng samudera tersebut terus menerus terakumulasi, dan gempa dasyat yang terjadi tahun lalu belum mampu menyurutkan tenaga tekanan yang mendesak Kepulauan Mentawai tersebut.
Gempa Senin (25/10) tadi malam bukanlah gempa dahsyat yang diramalkan McCloskey karena kekuatannya tidak sebesar yang dia prediksi yaitu 8,7 SR.

Peristiwa gempa bumi yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, ternyata menimbulkan gelombang tsunami. Namun, gelombang tsunami itu terbilang kecil.

Berdasarkan pengakuan seorang warga Desa Malakopa, Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Marsono (30), gelombang tsunami terjadi sekira pukul 23.00 WIB tak lama setelah kawasan tersebut diguncang gempa 7,2 skala richter.

“Air laut naik ke darat hingga mencapai satu kilometer. Puluhan rumah di sini rusak,” ujar Marsono kepada okezone, Selasa (26/10/2010).

Kendati demikian, pihaknya belum menerima kabar tentang korban jiwa. Sebab, saat gempa bumi terjadi, ratusan warga langsung menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih aman. Mengingat, kawasan tersebut pernah hancur karena gempa dan tsunami.

Pengakuan serupa juga diutarakan Anggota DPRD Mentawai Ian Winen Sipayung. Menurutnya, ratusan rumah di Desa Silabum Pagai Utara, Mentawai juga rusak diterjang air laut usai gempa. Saat ini, pihaknya masih mencari tahu dampak dari peristiwa ini.

“Data yang baru diterima puluhan rumah warga dan sebuah puskesmas sudah hancur. Kami kesulitan mencari info karena lokasi kejadian sulit dijangkau,” pungkasnya.

Tidak ada komentar: