Senin, 21 Oktober 2013

Keromantisan*

."Jangan terbuai dengan keromantisan yang dibingkai dengan Kalimat-kalimat GOMBAL,dengan sepotong coklat, sepucuk mawar,sehingga membuatmu terbuai dan melayang-melayang oleh Rayuannya, Karena sesungguhnya Akhlak yang baik dan mulia adalah buktik Keromantisan yang sesungguhnya.


   -Popi Laya-

Jumat, 18 Oktober 2013

Tujuan

Jika kita tidak punya Tujuan, Kita tidak akan sampai kemana-mana!
kalaupun sampai maka ketempat yang tidak Kita Impikan.

-Popi Laya-

Sabtu, 12 Oktober 2013

Setiap Kemenangan Butuh Kesabaran*


Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… “Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capkl, sangat capek …
Aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
Aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah…!” sang anak mulai menangis… :’(
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata, “anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”
Lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh, “ayah mau kemana kita??? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah…” sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini..?” tanya anaknya. Sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
“Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?” tanya anaknya kembali.
“Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
“Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu” jawab ayahnya.
“Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
“Nah, akhirnya kau mengerti”
“Mengerti apa? aku tidak mengerti”
“Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
“Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar”
“Ayah tahu, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
“Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar.”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.



UKHTI TUNGGU AKU

Di Sebuah kamar Kost-kostan, Seorang Akhwat Bernama Nia sedang sibuk di Depan Laptopnya. Dia sedang Mengerjakan Tugas Kuliah sambil Mendengarkan Nasyid yang berjudul "Nantikanku di Batas Waktu". Tiba-tiba terdengar SMS dari HP nya. begitu dilihat.....WOWWWWWW !!! sangat Mengejutkan. Isi SMS tersebut adalah "Assalaamu'alaikum. Ukhti...Tunggu aku...". ternyata si pengirim SMS tersebut adalah seorang Ikhwan Teman Kuliahnya yang bernama Imam. Langsung SMS tersebut dibalas


Nia : Tunggu ?? Maksudnya ??
Imam : Iya Tunggu. Ana gak bisa jelasin Sekarang. belum Waktunya.
Nia : ????????
Imam : Kenapa Ukhti ???
Nia : Ooo..Gapapa..ya udah Ana tunggu kabar dari Antum....

Isi SMS itu membuat Nia GALAW Berhari-hari. ia bingung. apa maksud dari Kata "Tunggu". Apakah si Ikhwan bermaksud untuk datang "Menjemput" ? 

Pada Suatu hari, Si Nia ada di Kampus. ia berjalan menuju ruang Kuliah bersama dua orang Akhwat Temannya sambil memegang sejumlah buku besar di tanggannya. waktu menaiki Tangga, tak sengaja ia Menabrak seorang Lelaki, dan Buku-bukunya pun terjatuh. Spontan si lelaki tersebut meminta maaf dan mengambil buku-buku itu dan menyerahkannya ke Nia. dan ternyata....WOWWWW...Si Lelaki itu adalah Ikhwan si Pengirim SMS. Mata Nia pun langsung berkaca-kaca. jatuhlah air mata di pipinya yang kemerah-merahan. tak henti-hentinya ia memandangi si Ikhwan. tiba-tiba temannya menepuk punggungnya dan berkata "Woy !!! Kenapa Lo ? cie..cie..." si Nia dan si Ikhwan pun tersipu Malu. tanpa pikir panjang, si Nia bertanya kepada sang Ikhwan...

Nia : Akhi....Kalo boleh ana bertanya...apa maksud dari kata "Tunggu" itu ??
Imam : Emmmmm...emmmmmmm....(Bingung)
Nia : Kenapa Akhi ? bilang saja terus terang....
Imam : Belum saatnya ukhti...Ana belum Siap Sekarang....
Nia : Belum siap Apanya ?? (Makin berkaca-kaca matanya)
Imam : Belum Siap Ukhti. tapi Niatnya udah ada...
Nia : Niat untuk Apaaaaa ?? (Semakin merah Mukanya)
Imam : Emmm....Niat untuk.....
Nia : Untuk Apaaaaaaa ? (Nyaris Pingsan)

SUASANA HENING...............TIBA-TIBA SI IKHWAN MENJAWAB....

Imam : Untuk Bayar Uang Kas LDK. Ane udah ada niat untuk Bayar, tapi duitnya belum di Transfer papah. makanya ane suruh Ukhti Tunggu. Insya Allah Ahad Depan ane Bayar. Tunggu ana Ya Ukhti.....

Nia : (PINGSAN BENERAN)
----------------------------
GUBRAAAAAAAAAKKKKK........



IPL: Lucu ya..! he ada yang ketawa ketiwi #Humor

Pengorbanan Adik Untuk Kakak

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri uang dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi- tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!” Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!” Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama,saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik… hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.
Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!” Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.
Aku menyapu debu- debu dari adikku semuanya, dan tersekat- sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…” Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana- mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..” Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu- batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26. Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.” Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?” Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?” Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggamtanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa berpikir ia menjawab, “Kakakku.” Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.” Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Semoga Cerita Kisah Nyata yang inspiratif dan Mengharukan di atas dapat kita ambil hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Terima kasih

IPL_PengorbananAdikUntukKaka*


GUBUK YANG TERBAKAR

Angin, Badai menerjang sebuah kapal di lautan samudra lepas, sehingga kapal  jatuh dan tenggelam! sehingga sebagain penumpang ada yang  mati tenggelam dan sebagain hidup. Diantara mereka ada terombang-ambing oleh derasnya ombak lautan sehingga terlempar di tempi pantai. Di sebuah pulai kecil dan asing. Ketika pemuda mulai siuaman ia mencoba menghirup udara segar seraya Berdoa memohon pertolongan kepada Allah swt. Tapi tidak lama dia pingsan lagi!


Besok harinya  pemuda ini terbangun, dia baru sadar kalau dia berada sebuah pulau kecil dan asing. Akhirnya dia membangun gubuk kecil untuk tempat tinggalnya, setiap harinya dia hanya memakan buah-buahan dan minum air sungai.

Suatu hari dia memanggang kelinci tanggapannya di dekat gubuk, begitu girangnya dia? Sangking girangnya dia, ia mencoba jalan-jalan ke tepi pantai sambil bersiul siul, seraya dalam hati mudah-mudahan ada yang bisa saya tanggap dan saya makan lagi. Ketika dia kembali kegubuk alangkah terkejutnya dia melihat GUBUk-nya terbakar, oleh panggangan kancilnya.

Lalu dia bertriak Ya Tuhan mengapa semua ini terjadi, kemaren engkau campakan aku di pulau ini engkau asingkan aku dengan orang lain, engkau pisahkan aku dengan keluargaku? TAPI kenapa…. Engkau hari ini membiarkan GUBUKku terbakar..! ada apa tuhan, ada apa..?
Pemuda ini, lemas dan sedih serta menahan lapar membuatnya dia sampai tidur pulas sampai besok pagi. Ketika dia bangun begitu terkejutnya dia melihat ada kapal di tepi pantai, dan ada orang menurunkan kapal kecil untuk menolongnya.
Pemuda ini bergegas manghampiri kapal itu, ketika pemuda ini naik  kapal dia bertanya kepada seseorang!
Bagaimana kalian bisa sampai disini kata pemuda itu? Lalu ada yang menjawab, “ Kami melihat Asap yang membumbung tinggi ke langit, sehingga kami tahu bahwa ada seseorang yang meminta Pertolongan!”
Subhanalah, coba kita renungkan kembali cerita ini!


IPL_Gubuk Yang Terbakar*  

Nenek-nenek Tua


"Setelah sholah Ashar pak Aryo Rapat dengan Ustadz Zul Armi dan Panitia Qurban lainnya, di ruangan TPA dekat Masjid Taqwa. 
sedang berlangsungnya Rapat Tiba-tiba ada Salam di balik Pintu Assalamulaikum, suara yang akan Tertati itu mengucapkan salam.
Sontak bapak-bapak panitia Qurba menjawab Salam itu, Pak ali keluar ruangan lalu pak ali melihat Nenek Tua Menggunakan Tongkat, Pak ali menyapa nenek itu .

Pak Ali : Ada yang bisa di bantuk Nek,..? maaf nek kalau mau mintak sumbangan jangan kesini!
kami sedang rapat panitia Qurban, kalau Nenek mau mintak Daging Qurban besok ketika hari Qurban kami antar kerumah nenek,
maaf nek di mana rumah nenek..?

Nenek : Maaf nak, nenek menganggung! nenek bukan mau mintak sumbangan!
Pak Ali : lalu mintak apa nek?
Nenek : Nenek juga tidak mau mintak daging Qurban, Justruk Nenek kesini ingin mendaftar, Alhamdulilah hasil tabungan nenek selama beberapa tahun cukup untuk membeli Kambing., Jadi nenek mau berqurban Nak!

Pak Ali : Terdiam malu dalam hati berkata ( selama ini aku hanya menjadi Panitia Qurban Belum pernah berqurban ) padahal pendapatkanku lebih di bandikan Nenek ini,

IPL_Qurban*

Jumat, 11 Oktober 2013

Ngapian Aku berdakwah..?

Dakwah untuk kesuksesan, Temenku yang tidak pernah bergelut dunia dakwah sekarang SUKSES! Bahkan di usianya masih sangat muda sudah Bergeluarga, Punya rumah sendiri, Mobil ada 2 sering ke luar kota, Keliling Indonesia bahkan sudah keliling Europa!

Bahkan di luar sana, banyak orang yang tidak berdakwah hidupnya Bahagia, sejahtera, berkecukupan. Ada Tetangga saya cukup sholeh rajin sholat, puasa dan ibadah lain tapi beliau tidak pernah ikut-ikutan berdakwah, ya ibadah untuk dirinya sendiri, hidupnya cukup bahagia!

Justru semenjak aku bekecipung dunia dakwah, banyak sekali peluang-peluang yang ku abaikan, Teman satu jurusan denganku sekarang sudah S2 di Francis padahal IPK ku lebih Tinggi dari pada dia, Beasiswa aku dapatkan karena agenda dakwah yang mendesak aku Abaikan saja! Nyesal..”  “ 

Patungan, “Sering mengadakan agenda-agenda dakwah cukup besar sehingga harus mengeluarkan dana cukup besar, mendatangkan Pemateri cukup Kondang, tapi setelah itu sering kali Panitia Minus sehingga kami harus patungan, bahkan sebagian panitia banyak tidak mau patungan, terpasak aku yang menambah, Aku heran kenapa aku harus berkorban mengeluarkan Uang banyak untuk menutupi kekurangan-kekurangan uang panitia, Aku harus berhutang kemana-mana! Saat ini hutang cukup banyak. Tapi aku sering bertanya saat ini bukannya aku berjihad di jalan Allah, Tapi kenapa Allah mendiamkan aku,? kenapa aku harus menanaggung hutang yang begitu banyak,? kenapa Allah tidak memberikan rezki untuk ku? Ada Apa?
Orang Tua, “  Teringat dengan Pesan bapak dua hari yang lalu melalui SMS, Kamu Kuliah atau ndk toh? Sampai sekarang SMS itu masih tersimpan di HP ku, bahkan tidak aku Balas. Sekarang aku baru sadar aku sudah cukup lama di Kampus, Kuliah ku tak kunjung-kunjung kelar terbengkalai oleh amanah yang cukup besar yang sedang aku pegang saat ini. Entahlah..

Galau, “ Stres atau hanya karena aku yang terlalu mengharapkan lebih dengan dakwah ini? Atau aku yang tidak Paham dengan dakwah ini?

Hidayah tu Datang, “ Tadi pagi aku dapat kabar Ibu dari salah satu temanku meninggal dan akupun pergi untuk bertakhziah, sampai disana begitu terkejutnya aku, ibu temanku yang meninggal ini memiliki Anak cukup banyak semuanya sudah Sukses bahkan sebagian sudah berkeluarga, ada yang menjadi Anggota dewan, Pengusaha, Dosen, Luar biasa fikirku. Aku berfikir aku harus seperti mereka agar kedua orang tua ku Bangga memiliki Anak sepertiku, menjelang pukul 08.45 jenajah teman ibuku segera akan di Mandikan dan aku berdiri  di belakang mereka.

Aku lihat satu-persatu Keluarga mereka sedang duduk santai di Kursi ada yang sedang ngobrol tentang pekerjaan mereka, Rumah baru mereka, bahkan vila, yang sangat luar biasa temenku sedang asik bercerita Tentang Anjing barunya, katanya dia sering Memandikan anjingnya itu! Beberapa menit kemudian aku baru sadar, kenapa Anak-anak mereka tidak ada yang mau memandikan Janajah Ibu mereka, Bukanhan ibu ini adalah ibu kadung mereka.

Sungguh aku sangat Tekejut dan kecewa dengan mereka. Bahkan Ketika jenajah ibu teman ku akan di Sholatkan, Tak satupun anak dari ibu ini yang mau menyolatkan, Ya rabb! Jangan untuk menjadi Imam untuk menyolatkan saja mereka tidak mau. Dan ketika sampai di TPU untuk memakan jenajah ibu itu diminta salah satu anaknya untuk mengumandakan Adzan, tapi anak-anak ibu tidak anak yang mau.

Ya Allah baru aku sadar, Pelajar engkau yang berikan untukku dari temanku, ketika ibunya meninggal tidak ada satupu anaknya mau memandikan,menyolatkan dan mengumandakan Adzan.  Justru anaknya yang paling bungsung lebih suka memandikan Anjinganya, dari pada harus memandikan Jenenajah Ibuknya, anak-anaknya lebih suka ngomongin harta dibadikan harus baca Al-Qur’an. Saharusnya aku paham tiga amalan yang tidak berhenting ketika seseorang meninggal adalah Ilmu yang bermanfaat,Sedekah jariah dan Anak yang Sholeh.!

Sekarang Aku baru sadar Hakikat Dakwah itu.!

Bukankah aku selama ini berada jalan yang benar, bukankah Allah memberikan Hidayah kedua orang tua ku melalui perantara aku yang selama ini aku dakwah’I bapak yang sering mabuk-mabukan, suka judi dan jarang pulang rumah. Beliau bisa berubah bukankah karena aku, ibuk yang selama ini tidak pernah menutup Auratnya, bukankah selama ini aku yang sering memasak ibuk ku untuk memakai jilbab, baju yang longgar tidak boleh ketat, aku yang sering membelikan baju Gamis untuk ibuk ku walau aku harus kerja dan kuliah pontang panting. Bukankah ibuku lebih cantik memakai jilbabnya dan baik akhlahnya. Ternyata Aku Sudah Sukses! 

Kota Padang Kebanjiran

Kota padang yang sangat dekat dengan bibir pantai sangat memungkinkan terjadinya Tsunami dan banjir, sudah hampir satu bulan ini kota padang Kebanjiran dan korban semakin banyak. TAPI ini bukan banjir air dari laut atau banjir Air Hujan, Kota Padang sedang kebanjiran Baliho, Spanduk,Pamflet,dan Atribut Kampaye Pilkada Kota Padang tahun ini, dan Korban semakin banyak tiap harinya yaitu korban janji-janji manis masing-masing calon wako dan wawako Kota padang.

Dengan Slogan yang berbeda masing-masing calon telah mengubar janji di Baliho yang begitu BESAR, Sehingga Petunjuk jalan tertup oleh Baliho, Pantas saja banyak Turis yang sesat tidak tahu arah jalan di kota Padang karena tertup oleh baliho Kampanye. Baliho Kampanye lebih Besar di bandingkan Iklan Kesehatan, Baliho Kampanye Lebih besar di bandikan Iklan Pajak, #Miris

Pohon-pohon yang rindang di kota Padang banyak berteriak Histeris, karena banyak Atribut yang menempel  di paku di Pohon.

Cerita Pohon dan Tiang Listrik

Pohon : Hay…  temen ( Tiang Listrik )  lihat badanku sekarang, banyak foto-foto yang sedangTersenyum :)

Tiang Listrik : jangan tertipu dengan senyum!

Pohon : Tapi aku melihat yang memasanya tadi orang yang begitu tulus dan Jujur

Tiang Listrik : cukup aku yang jadi korban.

Pohon : Maksudmu apa teman..?

Tiang Listrik : Dulu aku begitu bahagia karena aku bisa menerangi jalan, bisa menerangi Rumah, bisa menerangi masjid, TAPI lihat sekarang Aku, Hampir setiap hari dan setiap malam aku Mati, padahal di luar sana banyak yang sangat memerlukan listrik. Tapi karena orang-orang yang suka mengumbar janji ketika Kampanye, banyak Korupsinya, Padahal dulu dia berjanji jika dia terpilih Pendidik gratis, tarif listri turun, Tarif PDAM murah. Lagi-lagi hanya Janji.!

Pohon : huft……

IPL

Kamis, 10 Oktober 2013

Suami yang Buta*


Suatu ketika seorang Ibu rumah tanggah yang suaminya seorang Tuna Netra, Ibu ini RAJIN sekali menjaga Penampilan sebaik mungkin meskipun sehari-harinya berada di Dalam Rumah, dia bersolek hanya untuk suaminya.

"Dan Suatu Hari ada Tetangganya main kerumahnya dan berkata kepada ibu ini.
"maaf bu, "kenapa Ibu Berdandan dan RAJIN menjaga Penampilan, Padahal Suami ibu kan TIDAK bisa Melihat Ibu...?

dan ibu tersebut menjawab, "Suami saya memang tidak bisa melihat saya. TAPI, Allah SWT, Tuhan saya selalu melihat saya. Saya melakukan ini bukan karena ingin dipuji suami saya, Namun ini Adalah Karena Allah.
"Allah suka saya melakukan ini,maka saya melakukannya." dan Karena saya Mencintai suamiku Karena Allah.

IPL_IstriShaleha*

Perjodohan Preman Terminal dengan Wanita Salehah*


Dua minggu setelah aku wisuda dari Perguruan Tinggi di Jakarta dengan nilai Comlude aku telah merencanakan planing pekerjaanku kedepan,bahkan targetan untuk Study S2 ku sudah aku rencanakan. Kebahagian kulihat di wajah ibu dan Ayah ku, malam itu setelah siap sholat isya aku melanjutkan bacaan tilawahku tiba-tiba ibu memanggil’ nduk.. nduk… keseni bentar..? Enjeh buk jawabku. Lalu aku bergegas ke ruang tamu untuk menemui ibu!
Kulihat senyuman merona bahagia di wajah ibu dan ayah, dengan basa-basi aku berkata ada apa bue kok kayanya penting banget..?
Ibu : ibu dan Bapak begitu bangga dan bahagia nduk, kamu sudah wisuda dengan prestasi yang baik dan tepat waktu!
Aku : Alhamdulilah buk, berkat kerja keras serta Doa Ibu dan Bapak aku bisa seperti ini.
Bapak : nduk,
Aku : Injeh Pak ( Iya Pak ),
bapak : kamukan sudah dewasa dan umurmu sudah 22 Tahun.
Aku : ehmm iya Pak, Enten Nopo (ada apa..?)
“bapak dan ibu Tersenyum’
Aku : dalam hati aku berkata ( Ada apa ini…!)
Bapak:  Bapak dan Ibu mu sudah Sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Anak dari sahabat bapak waktu sekolah dulu.! Bapak paham sekali dengan bibit bobot keluarga mereka.
Aku : hanya Bisa diam walau hatiku menolak ( bagaimana dengan pekerjaanku dan S2 ku)”
Bapak: maaf nduk kalau bapak baru cerita hal ini sekarang, dari dulu bapak pengin cerita tapi bapak takut menganggu kuliahmu, apa lagi waktu itu kamu mau ujian akhir skripasi mu,”
Ibu : ya nduk” bagaimana apakah kamu seteju..?
Aku ; “ Bingung, aku hanya bisa diam”
Tiba-tiba ibu ku menegurku, lah kok melamun! Bagaimana kamu setujukan nduk..?
Aku ; Pak, buk!  kenapa harus di Jodohkan” padahal aku Pengin menikah secara Ta’aruf!
Bapak; sama aja nduk, toh kamu sama Ikhwan belum pernah ketemukan.
Aku : Mohammad ikhwan, maksud bapak! Anak nya Pakde Rahman yang punya Tokoh bangunan di kampung sebalah kan Pak..? cetus ku dengan nada kasar.
Bapak : Lah kamu kenal toh..?
Aku : Kenalah pak’ Siapa yang tidak kenal Preman terminal, suka meresin uang anak sekolah, kerjanya Cuma bisa mabok-mabokan.
Bapak : ngawur kamu nduk..” kata siapa kamu..?
Ibu : Iya nduk, jangan asal nuduh, “Tidak baik!
Aku: ya aku tau Pak, Buk. Waktu saya sekolah SMA d Kota kan sama dia walau kami beda sekolah, saya tahu persis”  Tingkah lakunya Pak!
Bapak: itukan dulu nduk sekarang pasti sudah berubah” wong ikhwan sekarang Kuliah di Sumatera.
Aku : Temen-temen sekolahku bilang dia tu, suka gonta-ganti pacar” Pokoknya aku ndak setuju kalau aku di jodohkan sama Preman itu  ( Mohammad Ikhwan)
Bapak : Bapak sudah ketemu dengan Orangnya kemaren, orangnya baik kok, Ramah! Ngerti Toto Kromo
Aku : Itu Cuma Topeng Pak.
Bapak : Kamu jangan menolak ( dengan nada kasar ) Pokonya kamu sudah bapak jodohkan sama si Ikhwan. “ minggu depan  keluarga ikhwan mau kesini melamar kamu!
Aku : “Aku merasa tersudut, Tetesan airmata di pipi Tak terasa! Lalu aku berdiri dan meninggalkan ibu dan bapak.  Aku berlari ke Kamar!
“Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku, Siapa sahutku, ini Ibu Nak! Masuk aja Buk Pintu ndk saya kunci.
Ibu : (Sambil menghelus-helur kepalaku ), Kenapa nduk..? kamu keberatan ya! Maksud tujuan Bapak tu bener loh nduk, Ya coba kamu Istiqharah dulu.
Aku : Buk, Aku tahu Persis siapa Mohammad Ikhwan itu! Orangnya kasar, Tidak punya tujuan hidup yang jelas. Mentang-mentang anaknya orang kaya.
Ibu : Tapi itu dulu, sekarang dia sudah berubah loh nduk!  Yo wes kamu istirahat dulu sudah malam, Ibu juga mau tidur.
Aku : Iya buk.

“Malam itu aku tidak bisa tidur, hanya terfikir dengan ucapan Bapak! Ini Tidak mungkin aku akan menikah dengan seorang Preman.


Satu minggu Kemudian tibalah waktunya, Tepat malam Sabtu sesudah sholat isya aku mendengar Suara mobil berhenti depan rumahku,Aku semakin Panik”! Apa yang harus aku lakukan “Apakah aku harus kabur dari Rumah. Oh Tidak! Orang tuaku pasti malu dan kecewa terhdapku.
Tidak lama kemudian SMS masuk di HP ku, ternyata SMS dari sahabatku, “ ternyata itu sms ucapan selamat “Subhannalah.. Selamat ya ukhti akhirnya ada seorang ikhwan yang melamar mu. Dalam hatiku bukan ikhwan yg melamarku tapi Preman terminal Cuma namanya saja yang ikhwan. SMS dari sahabat yang lain juga masuk. “ ana kecewa dengan anti” aduh apalagi ni gumanku.  SMS itu tidak satupun yang aku Balas.
Nduk..nduk.., sambil mengetuk pintu ibu memanggilku, Iya buk” jawab ku. Sebentar….
Cepatan toh tuh, Keluarga Ikhwan sudah dateng!
Akupun Keluar Kamar sambil menundukan kepala, aku tak sanggup melihat wajah preman itu. Di Ruang tamu itu aku duduk dekat Ibukku. Sedangkan Preman itu duduk dengan Ayahnya.
Setelah cukup lama keluaraga kami berbincang-bicang mengenai keluarga masing-masing, aku belum berani melihat wajah preman itu, dan akupun belum mendengar suaranya dari tadi. “ dalam hatiku berkata sok pendiam, dasar preman! Pasti TATOknya ada di mana-mana.
.”Akhirnya aku beranikan untuk melihat Preman itu, aku awali melihat dari bawah ( Pasti celananya jins) begitu kaget aku, ternyata tebakanku salah dia memakai calana dasar, dan celana gantung dibawah mata kaki, dan kulihat dia memakai baju kokoh warnah Putih, ku lihat wajahnya dia hanya bisa tertunduk dan ku lihat bibirnya berkomat-kamit subhannalah ternyata dia Berzikir, dan kulihat rambutnya model belah pinggir dengan rapih, beda dengan yang dulu, dulu rambutnya ke Atas menantang Tuhan.  Sekarang dia berbeda, dia memakai kaca mata. Astaqfirllah apa yang kulihat
Akhirnya sekian lama”
Bapak: Loh kok nak ikhwan diam saja
Pakde Rahman: Masih malu-malau pak
Sontak kami tertawa kecuali aku dan ikhwan hanya bisa tersenyum kecil.
Akhirnya Ikhwan berkata : (dengan lembah lembut dia berkata ) Ayah, dan Pak le (Ayah ku).  Ikhwan begitu kaget dengan perjodohan ini, baru seminggu yang lalu ayah cerita dengan ikhwan. Apalagi malam ini langsung  mau melamar anak Pak lek, sungguh pak Lek ikhwan tidak ingin mendzolimi anak pak Lek, biarkan anak pak Lek di beri kesempatan untuk membertimbangkan dulu.  Saya tahu anak pak Lek anak yang cerdas dan Soleha, jadi biarkan beliau yang menentukan pilihanya. Sungguh Pak Lek anggap saja malam ini kami berta’arufan. Dan sebagai Pertimbangannya ini Pak lek Aku Tinggalkan Proposal sabagai bahan pertimbangan anak Pak lek.  Dan ikhwan juga butuh pertimbangan “ikhwan juga belum bisa meng iyakan atau tidaknya hubungan antara ikhwan dengan anak pak lek”. Dan setelah itu “Keluargaku dan keluaraga ikhwan sepakat dengan usulan ikhwan.
“Setelah dua hari pertemuan malam itu setelah sholat Duha aku beranikan diri untuk membuka Proposal yang di tinggalkan oleh ikhwan, Allahuakbar aku melihat biodatanya, pengalaman organisasinya,serta amanah yang diebaninya diantaranya pernah menjadi Ketua LDK se Sumatera Barat, Kaderisasi LDK bahkan Kaderisasi Partai Dakwah. Linangan air mata tak terasa di pipiku selama ini aku salah menilai dia, aku tidak sadar Bahwah setiap Hamban ALLAH berhak menerima Hidayah. Tapi ada yang aneh dengan persaan ini kenapa aku takut ikhwan yang akan menolakku. Lalu aku mencari informasi mengenai ikhwan, apakah benar dia masih ngaji dan seorang ikhwan ( Aktivis dakwah ), dan akhirnya informasinya ku dapatkan, Allahukabar ternyata sepak terjangnya di dalam dakwah jangan di ragukan lagi, financialnya dia sudah mandiri semenjak awal kuliah dan merintis usaha, bahkan dia sering mengisi pengajian,pelatihan,training, Subhannallah dan yang membuatku terkejut tidak satu atau dua akhwat saja yang mengangguminya bahkan labih. Aku semakin bigung dengan persaan ini! Aku Terniang dengan kata-kata dia (“ikhwan juga belum bisa meng iyakan atau tidaknya hubungan antara ikhwan dengan anak pak lek”.) kenapa aku yang takut ada apa ini!!!!
BERSAMBUNG..?


IPL_CemotIPL*
Judul : Perjodohan Preman Terminal dengan Wanita Salehah
Episode: Satu

Penulis : Iwan Popi Laya

Darwis Tere Liye

Tere Liye*
Saya rasa sebagian dari kita sudah tidak Asing dengan nama Tere Liye, sosok seorang penulis Novel yang sudah menulis 16 buku, bahkan diantara 16 buku tersebut sudah difilm kan dan sangat laku di Bioskob diantaranya hafalan Delisah, Bidadari-dari Syurga dll. Tadi pagi Alhamdulilah di mintak untuk bisa menemani beliau ketika acara Talk Show di UKK UNP, Subhannallah banyak belajar dari beliau tentang Ilmu menulis dan yang sangat luar biasa dari beliau adalah kesederhanaan  beliau.

Cerita di dalam Mobil
Lelucun tapi, Serius! Kata mas Tere liye saya pernah di undang lewat Email dari kalimatan, kurang lebih seperti ini undangannya, Ustadzah kami dari lembaga ini (..) mau mengundang ustadzah untuk bedah buku? Kwkwkwkwkkwk ngaka kami dalam mobil dengan mas Tere Liye.

Makan Bareng di Rumah Makan Lamun Ombak,
Kata Mas Tere, ni Rumah ganti aja Lamun Ombak jadi Lamun Aspal, dari dulu saya lewat kota padang kok ndk ada Ombaknya… heeeeeee, ketika makan beliau ingat belum Laporan ke Istri kalau beliau sedang makan, terus saya bertanya kok harus Laporan mas,Takut sama Istri ya, heeeee! Bukanya takut mas iwan tapi biar istri tidak cemas di rumah.


Kesederhanaan
Saya sangat tajub dengan beliau, benar-benar menjaga Hijab, ketika ada seorang peserta ingin mintak foto beliau menolak, kata beliau saya tidak mau foto dengan Perempuan yang bukan Mahram, dan ketika ada  cowok-cowok mintak foto beliau bilang maaf mas saya bukan Artis atau tokoh terkenal! Tolong jangan berlebihan mengenai saya, Keren……

Nasehat
Ente umurnya berapa wan, 25 Mas aku jawab,#  waduh…. Belum nikah juga…? Terlipat..terlipat ni wajah Gw.