Minggu, 05 Desember 2010

Kecerdasan emosional kader dakwah

Memiliki emosional yang seimbang adalah hal yang mutlak,harus,kudu,dimiliki oleh seorang kader dakwah.Bagaimana tidak,ketika urusan yang satu belum selesai,hal lain harus dipikirkan dan dikerjakan untuk segera diselesaikan,sementara hak pribadi sering kali terabaikan.Belum lagi agenda-agenda dakwah yang acap kali menyita focus dan energi yg besar.Ditambah lagi perhatian terhadap saudara-saudara disekitar yang secara tidak langsung terkadang “menuntut” untuk didengarkan,dipahami dan dimengerti.Sementara masalah-masalah pribadi meminta jatah waktu untuk menenangkan diri dan meredakan hati sejenak ditengah “eforia” amanah.

Ya…beginilah dakwah mengajarkan kita.Semua proses yang dilalui adalah pendewasaan diri,Ketika yang lain menuntut,kita memberi.Bukankah dakwah adalah cinta?dan cinta akan meminta semuanya dari diri kita.Bukankah fitrahnya manusia rela memberikan apa saja untuk sesuatu yang dicintainya?maka sudah selayaknya kita menjadikan aktivitas dakwah sebagai sesuatu yang “berhak untuk dicintai” demi menggapai cinta yang hakiki,cinta dan ridhonya Allah Swt.Maka tak heran jika diperhatikan lebih mendalam,aktivis dakwah lebih cepat dewasa daripada umurnya (tanya kenapa??)

Sejatinya seorang kader dakwah tidak lagi hanya memikirkan hal-hal yang kecil,hal-hal yang biasa.Tapi pikirannya telah terisi dengan hal-hal besar yang luar biasa dan itu menjadi hal yang sudah biasa baginya.Ibarat sebuah mangkuk yang jika diisi dengan batu-batu besar,secara otomatis bulir-bulit pasir masih bisa nyelip diantara batu-batu besar tersebut.Tapi jika mangkuk tersebut sudah diisi dengan pasir terlebih dahulu,batu-batu besar tidak akan muat karena sudah dipenuhi oleh pasir.Begitu juga dengan tantangan yang dihadapi dalam perjalanan dakwah,jika kita sudah terbiasa menyelesaikan persoalan ummat yang besar ini,maka masalah-masalah kecil di dalam kehidupan InsyaAllah menjadi biasa dan bisa kita hadapi dengan baik.

Berbeda dengan orang-orang yang hanya berpikir dan bertindak untuk dirinya sendiri,Ia tidak akan menyadari bahwa dirinya bisa berbuat lebih,bahkan untuk kemaslahatan banyak orang.Ia tidak pernah memposisikan dirinya sebagai mangkuk yang ternyata juga bisa menampung batu besar ditengah buliran-buliran pasir tadi.Bukankah kekuatan tindakan dipengaruhi oleh kekuatan pikiran?Jika kita berpikir bisa untuk menyelesaikan suatu persoalan,maka itulah yang akan terjadi karena sejatinya kita adalah apa yang kita pikirkan.Seharusnya begitu juga dalam aktivitas dakwah,tidak ada  dalam kamus seorang aktivis dakwah perkataan
 “ana tidak sanggup”, “ana tidak bisa,afwan mungkin yang lain saja yang mengerjakan”.Atau malah “afwan,banyak deadline kuliah yang harus diclearkan,ana lagi banyak masalah,jangan ganggu ana dulu ya,ana butuh waktu untuk diri ana sendiri” .Bayangkan saudaraku,jika kebanyakan kader dakwah berpikiran seperti itu,siapakah yang akan meredakan keluhan ummat???

Maka,memiliki kestabilan emosi yang baik dalam keadaan apapun menjadi hal yang mutlak untuk dimiliki setiap kader dakwah.Sebanyak dan serumit apapun masalah yang dihadapi seharusnya tidak lantas menjadikan kita menyerah dengan keadaan,apalagi merasa pantas untuk mengambil “cuti sementara” dari segala aktivitas dakwah karena dakwah bukanlah pekerjaan yang dilakukan jika kita suka,jika kita mau.Rasulullah SAW berjuang lebih dari 20 tahun untuk menyampaikan dakwah dengan perjuangan dan tantangan yang luar biasa.Memulainya semuanya dari Nol besar.Begitu juga ketika mulai dirintisnya dakwah kampus ini,bukan hal yang mudah.Sementara kita adalah orang-orang yang “menikmati” buah dari perjuangan yang luar biasa.

Maka pantaskah kita berpikir dan melakukan hal-hal yang biasa saja untuk mengurangi beban dakwah yang ada?pantaskah kita menghindar dan mengeluh menjalankan amanah dakwah yang belum seberapa?Bukankah kita adalah nahnu dhu’at qobla kulli syaiin(kita adalah dai sebelum menjadi siapapun)?Maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita sebagai seorang kader dakwah untuk senantiasa mempunyai ruhul istijabah yang tinggi di setiap seruan dakwah dalam keadaan apapun.Semoga Allah senantiasa mengekalkan azam kita untuk tetap istiqamah hingga akhir hayat dan menjadikan kita bagian dari orang-orang yang selalu harap perjumpaan denganNya.Wallahualam bissawab.Hasbunallah wa nikmal wakiil,nikmal maula wa nikman nashiir. (Untuk saudara-saudariku yang luar biasa dari orang yang biasa-biasa saja,ditulis sebagai refleksi bagi diri sendiri.)

Tidak ada komentar: