Dakwah
untuk kesuksesan, Temenku yang tidak pernah bergelut dunia dakwah sekarang
SUKSES! Bahkan di usianya masih sangat muda sudah Bergeluarga, Punya rumah
sendiri, Mobil ada 2 sering ke luar kota, Keliling Indonesia bahkan sudah
keliling Europa!
Bahkan
di luar sana, banyak orang yang tidak berdakwah hidupnya Bahagia, sejahtera,
berkecukupan. Ada Tetangga saya cukup sholeh rajin sholat, puasa dan ibadah
lain tapi beliau tidak pernah ikut-ikutan berdakwah, ya ibadah untuk dirinya sendiri,
hidupnya cukup bahagia!
Justru
semenjak aku bekecipung dunia dakwah, banyak sekali peluang-peluang yang ku
abaikan, Teman satu jurusan denganku sekarang sudah S2 di Francis padahal IPK
ku lebih Tinggi dari pada dia, Beasiswa aku dapatkan karena agenda dakwah yang
mendesak aku Abaikan saja! Nyesal..”
“
Patungan,
“Sering mengadakan agenda-agenda dakwah cukup besar sehingga harus mengeluarkan
dana cukup besar, mendatangkan Pemateri cukup Kondang, tapi setelah itu sering
kali Panitia Minus sehingga kami harus patungan, bahkan sebagian panitia banyak
tidak mau patungan, terpasak aku yang menambah, Aku heran kenapa aku harus
berkorban mengeluarkan Uang banyak untuk menutupi kekurangan-kekurangan uang
panitia, Aku harus berhutang kemana-mana! Saat ini hutang cukup banyak. Tapi
aku sering bertanya saat ini bukannya aku berjihad di jalan Allah, Tapi kenapa
Allah mendiamkan aku,? kenapa aku harus menanaggung hutang yang begitu banyak,?
kenapa Allah tidak memberikan rezki untuk ku? Ada Apa?
Orang
Tua, “ Teringat dengan Pesan bapak dua
hari yang lalu melalui SMS, Kamu Kuliah atau ndk toh? Sampai sekarang SMS itu
masih tersimpan di HP ku, bahkan tidak aku Balas. Sekarang aku baru sadar aku
sudah cukup lama di Kampus, Kuliah ku tak kunjung-kunjung kelar terbengkalai
oleh amanah yang cukup besar yang sedang aku pegang saat ini. Entahlah..
Galau,
“ Stres atau hanya karena aku yang terlalu mengharapkan lebih dengan dakwah
ini? Atau aku yang tidak Paham dengan dakwah ini?
Hidayah
tu Datang, “ Tadi pagi aku dapat kabar Ibu dari salah satu temanku meninggal
dan akupun pergi untuk bertakhziah, sampai disana begitu terkejutnya aku, ibu
temanku yang meninggal ini memiliki Anak cukup banyak semuanya sudah Sukses
bahkan sebagian sudah berkeluarga, ada yang menjadi Anggota dewan, Pengusaha,
Dosen, Luar biasa fikirku. Aku berfikir aku harus seperti mereka agar kedua
orang tua ku Bangga memiliki Anak sepertiku, menjelang pukul 08.45 jenajah
teman ibuku segera akan di Mandikan dan aku berdiri di belakang mereka.
Aku
lihat satu-persatu Keluarga mereka sedang duduk santai di Kursi ada yang sedang
ngobrol tentang pekerjaan mereka, Rumah baru mereka, bahkan vila, yang sangat
luar biasa temenku sedang asik bercerita Tentang Anjing barunya, katanya dia
sering Memandikan anjingnya itu! Beberapa menit kemudian aku baru sadar, kenapa
Anak-anak mereka tidak ada yang mau memandikan Janajah Ibu mereka, Bukanhan ibu
ini adalah ibu kadung mereka.
Sungguh
aku sangat Tekejut dan kecewa dengan mereka. Bahkan Ketika jenajah ibu teman ku
akan di Sholatkan, Tak satupun anak dari ibu ini yang mau menyolatkan, Ya rabb!
Jangan untuk menjadi Imam untuk menyolatkan saja mereka tidak mau. Dan ketika
sampai di TPU untuk memakan jenajah ibu itu diminta salah satu anaknya untuk
mengumandakan Adzan, tapi anak-anak ibu tidak anak yang mau.
Ya
Allah baru aku sadar, Pelajar engkau yang berikan untukku dari temanku, ketika
ibunya meninggal tidak ada satupu anaknya mau memandikan,menyolatkan dan
mengumandakan Adzan. Justru anaknya yang
paling bungsung lebih suka memandikan Anjinganya, dari pada harus memandikan
Jenenajah Ibuknya, anak-anaknya lebih suka ngomongin harta dibadikan harus baca
Al-Qur’an. Saharusnya aku paham tiga amalan yang tidak berhenting ketika
seseorang meninggal adalah Ilmu yang bermanfaat,Sedekah jariah dan Anak yang
Sholeh.!
Sekarang
Aku baru sadar Hakikat Dakwah itu.!
Bukankah
aku selama ini berada jalan yang benar, bukankah Allah memberikan Hidayah kedua
orang tua ku melalui perantara aku yang selama ini aku dakwah’I bapak yang
sering mabuk-mabukan, suka judi dan jarang pulang rumah. Beliau bisa berubah
bukankah karena aku, ibuk yang selama ini tidak pernah menutup Auratnya,
bukankah selama ini aku yang sering memasak ibuk ku untuk memakai jilbab, baju
yang longgar tidak boleh ketat, aku yang sering membelikan baju Gamis untuk
ibuk ku walau aku harus kerja dan kuliah pontang panting. Bukankah ibuku lebih
cantik memakai jilbabnya dan baik akhlahnya. Ternyata Aku Sudah Sukses!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar