."Jangan terbuai dengan keromantisan yang dibingkai dengan Kalimat-kalimat GOMBAL,dengan sepotong coklat, sepucuk mawar,sehingga membuatmu terbuai dan melayang-melayang oleh Rayuannya, Karena sesungguhnya Akhlak yang baik dan mulia adalah buktik Keromantisan yang sesungguhnya.
-Popi Laya-
Senin, 21 Oktober 2013
Jumat, 18 Oktober 2013
Tujuan
Jika kita tidak punya Tujuan, Kita tidak akan sampai kemana-mana!
kalaupun sampai maka ketempat yang tidak Kita Impikan.
-Popi Laya-
kalaupun sampai maka ketempat yang tidak Kita Impikan.
-Popi Laya-
Sabtu, 12 Oktober 2013
Setiap Kemenangan Butuh Kesabaran*
Di suatu sore, seorang
anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… “Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang
ayah…..
“Aku capek, sangat capek
… aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang
temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku
capek. sangat capek…
Aku capek karena aku
harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku
ingin kita punya pembantu saja! … aku capkl, sangat capek …
Aku cape karena aku
harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin
jajan terus! …
Aku capek, sangat capek
karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak
saja berbicara sampai aku sakit hati…
Aku capek, sangat capek
karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman
temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
Aku capek ayah, aku
capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin
bersikap seperti mereka ayah…!” sang anak mulai menangis… :’(
Kemudian sang ayah hanya
tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata, “anakku ayo ikut ayah,
ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”
Lalu sang ayah menarik
tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek,
banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh,
“ayah mau kemana kita??? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor,
kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga,
berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah…” sang ayah
hanya diam.
Sampai akhirnya mereka
sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak
kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini
ayah? aku suka! aku suka tempat ini..?” tanya anaknya. Sang ayah hanya diam dan
kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo
duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping
ayahnya.
“Anakku, tahukah kau
mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?” tanya anaknya
kembali.
“Tidak tahu ayah,
memangnya kenapa?”
“Itu karena orang orang
tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di
sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu” jawab
ayahnya.
“Ooh… berarti kita orang
yang sabar ya yah? alhamdulillah”
“Nah, akhirnya kau
mengerti”
“Mengerti apa? aku tidak
mengerti”
“Anakku, butuh kesabaran
dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam
kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan,
seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu,
kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati
ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya
semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak
sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena
itu bersabarlah anakku”
“Tapi ayah, tidak mudah
untuk bersabar”
“Ayah tahu, oleh karena
itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup,
ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami
bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa
mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri…
maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu
sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena
ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan
menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka
kau tau akhirnya kan?”
“Ya ayah, aku tau.. aku
akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku
mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar.”
Sang ayah hanya
tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
UKHTI TUNGGU AKU
Di
Sebuah kamar Kost-kostan, Seorang Akhwat Bernama Nia sedang sibuk di Depan
Laptopnya. Dia sedang Mengerjakan Tugas Kuliah sambil Mendengarkan Nasyid yang
berjudul "Nantikanku di Batas Waktu". Tiba-tiba terdengar SMS dari HP
nya. begitu dilihat.....WOWWWWWW !!! sangat Mengejutkan. Isi SMS tersebut
adalah "Assalaamu'alaikum. Ukhti...Tunggu aku...". ternyata si
pengirim SMS tersebut adalah seorang Ikhwan Teman Kuliahnya yang bernama Imam.
Langsung SMS tersebut dibalas
Nia : Tunggu ?? Maksudnya ??
Imam : Iya Tunggu. Ana gak bisa jelasin Sekarang. belum Waktunya.
Nia : ????????
Imam : Kenapa Ukhti ???
Nia : Ooo..Gapapa..ya udah Ana tunggu kabar dari Antum....
Isi SMS itu membuat Nia GALAW Berhari-hari. ia bingung. apa maksud dari Kata
"Tunggu". Apakah si Ikhwan bermaksud untuk datang
"Menjemput" ?
Pada Suatu hari, Si Nia ada di Kampus. ia berjalan menuju ruang Kuliah bersama
dua orang Akhwat Temannya sambil memegang sejumlah buku besar di tanggannya.
waktu menaiki Tangga, tak sengaja ia Menabrak seorang Lelaki, dan Buku-bukunya
pun terjatuh. Spontan si lelaki tersebut meminta maaf dan mengambil buku-buku
itu dan menyerahkannya ke Nia. dan ternyata....WOWWWW...Si Lelaki itu adalah
Ikhwan si Pengirim SMS. Mata Nia pun langsung berkaca-kaca. jatuhlah air mata
di pipinya yang kemerah-merahan. tak henti-hentinya ia memandangi si Ikhwan.
tiba-tiba temannya menepuk punggungnya dan berkata "Woy !!! Kenapa Lo ?
cie..cie..." si Nia dan si Ikhwan pun tersipu Malu. tanpa pikir panjang,
si Nia bertanya kepada sang Ikhwan...
Nia : Akhi....Kalo boleh ana bertanya...apa maksud dari kata "Tunggu"
itu ??
Imam : Emmmmm...emmmmmmm....(Bingung)
Nia : Kenapa Akhi ? bilang saja terus terang....
Imam : Belum saatnya ukhti...Ana belum Siap Sekarang....
Nia : Belum siap Apanya ?? (Makin berkaca-kaca matanya)
Imam : Belum Siap Ukhti. tapi Niatnya udah ada...
Nia : Niat untuk Apaaaaa ?? (Semakin merah Mukanya)
Imam : Emmm....Niat untuk.....
Nia : Untuk Apaaaaaaa ? (Nyaris Pingsan)
SUASANA HENING...............TIBA-TIBA SI IKHWAN MENJAWAB....
Imam : Untuk Bayar Uang Kas LDK. Ane udah ada niat untuk Bayar, tapi duitnya
belum di Transfer papah. makanya ane suruh Ukhti Tunggu. Insya Allah Ahad Depan
ane Bayar. Tunggu ana Ya Ukhti.....
Nia : (PINGSAN BENERAN)
----------------------------
GUBRAAAAAAAAAKKKKK........
IPL: Lucu ya..! he ada yang ketawa ketiwi #Humor
Pengorbanan Adik Untuk Kakak
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat
terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan
punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun
lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana
semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri uang dari laci
ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di
depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. “Siapa yang mencuri
uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun
mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak
dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi- tinggi. Tiba-tiba, adikku
mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!” Tongkat
panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya
sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas
ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah
sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu
layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!” Malam itu, ibu dan
aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia
tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya
tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan
kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah
terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup
keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden tersebut
masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku
ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA
di pusat kabupaten. Pada saat yang sama,saya diterima untuk masuk ke sebuah
universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok
tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut,
“Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik… hasil yang begitu baik…”
Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya?
Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga,
adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau
melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan
tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang
begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan
saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia
mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.
Aku menjulurkan tanganku
selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang
anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah
meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk
tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum
subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan
sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan
meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas
tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.” Aku memegang
kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran
sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam
dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada
punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di
universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku
masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat
adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku
menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah
adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan
mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan
menertawakanmu?” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.
Aku menyapu debu- debu dari
adikku semuanya, dan tersekat- sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli
omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku
bagaimana pun penampilanmu…” Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut
berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya
melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki
satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke
dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa
pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih
di mana- mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan
ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan
rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang
awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya?
Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..” Aku masuk ke dalam ruangan
kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb
pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-
batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku
bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku
memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku
berusia 26. Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan
aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka
tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak
akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak,
jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.” Suamiku menjadi
direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai
manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku
diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan
listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi
menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu
menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang
berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa
kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?” Dengan tampang yang serius pada
wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi
direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer
seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?” Mata suamiku dipenuhi
air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu
kurang pendidikan juga karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku
menggenggamtanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan
aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari
dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya
kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa berpikir ia menjawab,
“Kakakku.” Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang
berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke
sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung
tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja
dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran
karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak
hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku
dan baik kepadanya.” Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu
memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar
bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Semoga Cerita Kisah Nyata yang inspiratif dan Mengharukan di atas dapat kita
ambil hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Terima kasih
IPL_PengorbananAdikUntukKaka*
GUBUK YANG TERBAKAR
Angin, Badai menerjang
sebuah kapal di lautan samudra lepas, sehingga kapal jatuh dan tenggelam! sehingga sebagain
penumpang ada yang mati tenggelam dan
sebagain hidup. Diantara mereka ada terombang-ambing oleh derasnya ombak lautan
sehingga terlempar di tempi pantai. Di sebuah pulai kecil dan asing. Ketika
pemuda mulai siuaman ia mencoba menghirup udara segar seraya Berdoa memohon
pertolongan kepada Allah swt. Tapi tidak lama dia pingsan lagi!
Besok harinya pemuda ini terbangun, dia baru sadar kalau
dia berada sebuah pulau kecil dan asing. Akhirnya dia membangun gubuk kecil
untuk tempat tinggalnya, setiap harinya dia hanya memakan buah-buahan dan minum
air sungai.
Suatu hari dia
memanggang kelinci tanggapannya di dekat gubuk, begitu girangnya dia? Sangking
girangnya dia, ia mencoba jalan-jalan ke tepi pantai sambil bersiul siul,
seraya dalam hati mudah-mudahan ada yang bisa saya tanggap dan saya makan lagi.
Ketika dia kembali kegubuk alangkah terkejutnya dia melihat GUBUk-nya terbakar,
oleh panggangan kancilnya.
Lalu dia bertriak Ya
Tuhan mengapa semua ini terjadi, kemaren engkau campakan aku di pulau ini
engkau asingkan aku dengan orang lain, engkau pisahkan aku dengan keluargaku?
TAPI kenapa…. Engkau hari ini membiarkan GUBUKku terbakar..! ada apa tuhan, ada
apa..?
Pemuda ini, lemas dan
sedih serta menahan lapar membuatnya dia sampai tidur pulas sampai besok pagi.
Ketika dia bangun begitu terkejutnya dia melihat ada kapal di tepi pantai, dan
ada orang menurunkan kapal kecil untuk menolongnya.
Pemuda ini bergegas
manghampiri kapal itu, ketika pemuda ini naik
kapal dia bertanya kepada seseorang!
Bagaimana kalian bisa
sampai disini kata pemuda itu? Lalu ada yang menjawab, “ Kami melihat Asap yang
membumbung tinggi ke langit, sehingga kami tahu bahwa ada seseorang yang
meminta Pertolongan!”
Subhanalah, coba kita
renungkan kembali cerita ini!
IPL_Gubuk Yang
Terbakar*
Nenek-nenek Tua
"Setelah sholah Ashar pak Aryo Rapat dengan Ustadz Zul Armi dan Panitia Qurban lainnya, di ruangan TPA dekat Masjid Taqwa.
sedang berlangsungnya Rapat Tiba-tiba ada Salam di balik Pintu Assalamulaikum, suara yang akan Tertati itu mengucapkan salam.
Sontak bapak-bapak panitia Qurba menjawab Salam itu, Pak ali keluar ruangan lalu pak ali melihat Nenek Tua Menggunakan Tongkat, Pak ali menyapa nenek itu .
Pak Ali : Ada yang bisa di bantuk Nek,..? maaf nek kalau mau mintak sumbangan jangan kesini!
kami sedang rapat panitia Qurban, kalau Nenek mau mintak Daging Qurban besok ketika hari Qurban kami antar kerumah nenek,
maaf nek di mana rumah nenek..?
Nenek : Maaf nak, nenek menganggung! nenek bukan mau mintak sumbangan!
Pak Ali : lalu mintak apa nek?
Nenek : Nenek juga tidak mau mintak daging Qurban, Justruk Nenek kesini ingin mendaftar, Alhamdulilah hasil tabungan nenek selama beberapa tahun cukup untuk membeli Kambing., Jadi nenek mau berqurban Nak!
Pak Ali : Terdiam malu dalam hati berkata ( selama ini aku hanya menjadi Panitia Qurban Belum pernah berqurban ) padahal pendapatkanku lebih di bandikan Nenek ini,
IPL_Qurban*
Jumat, 11 Oktober 2013
Ngapian Aku berdakwah..?
Dakwah
untuk kesuksesan, Temenku yang tidak pernah bergelut dunia dakwah sekarang
SUKSES! Bahkan di usianya masih sangat muda sudah Bergeluarga, Punya rumah
sendiri, Mobil ada 2 sering ke luar kota, Keliling Indonesia bahkan sudah
keliling Europa!
Bahkan
di luar sana, banyak orang yang tidak berdakwah hidupnya Bahagia, sejahtera,
berkecukupan. Ada Tetangga saya cukup sholeh rajin sholat, puasa dan ibadah
lain tapi beliau tidak pernah ikut-ikutan berdakwah, ya ibadah untuk dirinya sendiri,
hidupnya cukup bahagia!
Justru
semenjak aku bekecipung dunia dakwah, banyak sekali peluang-peluang yang ku
abaikan, Teman satu jurusan denganku sekarang sudah S2 di Francis padahal IPK
ku lebih Tinggi dari pada dia, Beasiswa aku dapatkan karena agenda dakwah yang
mendesak aku Abaikan saja! Nyesal..”
“
Patungan,
“Sering mengadakan agenda-agenda dakwah cukup besar sehingga harus mengeluarkan
dana cukup besar, mendatangkan Pemateri cukup Kondang, tapi setelah itu sering
kali Panitia Minus sehingga kami harus patungan, bahkan sebagian panitia banyak
tidak mau patungan, terpasak aku yang menambah, Aku heran kenapa aku harus
berkorban mengeluarkan Uang banyak untuk menutupi kekurangan-kekurangan uang
panitia, Aku harus berhutang kemana-mana! Saat ini hutang cukup banyak. Tapi
aku sering bertanya saat ini bukannya aku berjihad di jalan Allah, Tapi kenapa
Allah mendiamkan aku,? kenapa aku harus menanaggung hutang yang begitu banyak,?
kenapa Allah tidak memberikan rezki untuk ku? Ada Apa?
Orang
Tua, “ Teringat dengan Pesan bapak dua
hari yang lalu melalui SMS, Kamu Kuliah atau ndk toh? Sampai sekarang SMS itu
masih tersimpan di HP ku, bahkan tidak aku Balas. Sekarang aku baru sadar aku
sudah cukup lama di Kampus, Kuliah ku tak kunjung-kunjung kelar terbengkalai
oleh amanah yang cukup besar yang sedang aku pegang saat ini. Entahlah..
Galau,
“ Stres atau hanya karena aku yang terlalu mengharapkan lebih dengan dakwah
ini? Atau aku yang tidak Paham dengan dakwah ini?
Hidayah
tu Datang, “ Tadi pagi aku dapat kabar Ibu dari salah satu temanku meninggal
dan akupun pergi untuk bertakhziah, sampai disana begitu terkejutnya aku, ibu
temanku yang meninggal ini memiliki Anak cukup banyak semuanya sudah Sukses
bahkan sebagian sudah berkeluarga, ada yang menjadi Anggota dewan, Pengusaha,
Dosen, Luar biasa fikirku. Aku berfikir aku harus seperti mereka agar kedua
orang tua ku Bangga memiliki Anak sepertiku, menjelang pukul 08.45 jenajah
teman ibuku segera akan di Mandikan dan aku berdiri di belakang mereka.
Aku
lihat satu-persatu Keluarga mereka sedang duduk santai di Kursi ada yang sedang
ngobrol tentang pekerjaan mereka, Rumah baru mereka, bahkan vila, yang sangat
luar biasa temenku sedang asik bercerita Tentang Anjing barunya, katanya dia
sering Memandikan anjingnya itu! Beberapa menit kemudian aku baru sadar, kenapa
Anak-anak mereka tidak ada yang mau memandikan Janajah Ibu mereka, Bukanhan ibu
ini adalah ibu kadung mereka.
Sungguh
aku sangat Tekejut dan kecewa dengan mereka. Bahkan Ketika jenajah ibu teman ku
akan di Sholatkan, Tak satupun anak dari ibu ini yang mau menyolatkan, Ya rabb!
Jangan untuk menjadi Imam untuk menyolatkan saja mereka tidak mau. Dan ketika
sampai di TPU untuk memakan jenajah ibu itu diminta salah satu anaknya untuk
mengumandakan Adzan, tapi anak-anak ibu tidak anak yang mau.
Ya
Allah baru aku sadar, Pelajar engkau yang berikan untukku dari temanku, ketika
ibunya meninggal tidak ada satupu anaknya mau memandikan,menyolatkan dan
mengumandakan Adzan. Justru anaknya yang
paling bungsung lebih suka memandikan Anjinganya, dari pada harus memandikan
Jenenajah Ibuknya, anak-anaknya lebih suka ngomongin harta dibadikan harus baca
Al-Qur’an. Saharusnya aku paham tiga amalan yang tidak berhenting ketika
seseorang meninggal adalah Ilmu yang bermanfaat,Sedekah jariah dan Anak yang
Sholeh.!
Sekarang
Aku baru sadar Hakikat Dakwah itu.!
Bukankah
aku selama ini berada jalan yang benar, bukankah Allah memberikan Hidayah kedua
orang tua ku melalui perantara aku yang selama ini aku dakwah’I bapak yang
sering mabuk-mabukan, suka judi dan jarang pulang rumah. Beliau bisa berubah
bukankah karena aku, ibuk yang selama ini tidak pernah menutup Auratnya,
bukankah selama ini aku yang sering memasak ibuk ku untuk memakai jilbab, baju
yang longgar tidak boleh ketat, aku yang sering membelikan baju Gamis untuk
ibuk ku walau aku harus kerja dan kuliah pontang panting. Bukankah ibuku lebih
cantik memakai jilbabnya dan baik akhlahnya. Ternyata Aku Sudah Sukses!
Kota Padang Kebanjiran
Kota padang yang sangat dekat dengan bibir pantai sangat memungkinkan terjadinya Tsunami dan banjir, sudah hampir satu bulan ini kota padang Kebanjiran dan korban semakin banyak. TAPI ini bukan banjir air dari laut atau banjir Air Hujan, Kota Padang sedang kebanjiran Baliho, Spanduk,Pamflet,dan Atribut Kampaye Pilkada Kota Padang tahun ini, dan Korban semakin banyak tiap harinya yaitu korban janji-janji manis masing-masing calon wako dan wawako Kota padang.
Dengan Slogan yang berbeda masing-masing calon telah mengubar janji di Baliho yang begitu BESAR, Sehingga Petunjuk jalan tertup oleh Baliho, Pantas saja banyak Turis yang sesat tidak tahu arah jalan di kota Padang karena tertup oleh baliho Kampanye. Baliho Kampanye lebih Besar di bandingkan Iklan Kesehatan, Baliho Kampanye Lebih besar di bandikan Iklan Pajak, #Miris
Pohon-pohon yang rindang di kota Padang banyak berteriak Histeris, karena banyak Atribut yang menempel di paku di Pohon.
Cerita Pohon dan Tiang Listrik
Pohon : Hay… temen ( Tiang Listrik ) lihat badanku sekarang, banyak foto-foto yang sedangTersenyum :)
Tiang Listrik : jangan tertipu dengan senyum!
Pohon : Tapi aku melihat yang memasanya tadi orang yang begitu tulus dan Jujur
Tiang Listrik : cukup aku yang jadi korban.
Pohon : Maksudmu apa teman..?
Tiang Listrik : Dulu aku begitu bahagia karena aku bisa menerangi jalan, bisa menerangi Rumah, bisa menerangi masjid, TAPI lihat sekarang Aku, Hampir setiap hari dan setiap malam aku Mati, padahal di luar sana banyak yang sangat memerlukan listrik. Tapi karena orang-orang yang suka mengumbar janji ketika Kampanye, banyak Korupsinya, Padahal dulu dia berjanji jika dia terpilih Pendidik gratis, tarif listri turun, Tarif PDAM murah. Lagi-lagi hanya Janji.!
Pohon : huft……
IPL
Dengan Slogan yang berbeda masing-masing calon telah mengubar janji di Baliho yang begitu BESAR, Sehingga Petunjuk jalan tertup oleh Baliho, Pantas saja banyak Turis yang sesat tidak tahu arah jalan di kota Padang karena tertup oleh baliho Kampanye. Baliho Kampanye lebih Besar di bandingkan Iklan Kesehatan, Baliho Kampanye Lebih besar di bandikan Iklan Pajak, #Miris
Pohon-pohon yang rindang di kota Padang banyak berteriak Histeris, karena banyak Atribut yang menempel di paku di Pohon.
Cerita Pohon dan Tiang Listrik
Pohon : Hay… temen ( Tiang Listrik ) lihat badanku sekarang, banyak foto-foto yang sedangTersenyum :)
Tiang Listrik : jangan tertipu dengan senyum!
Pohon : Tapi aku melihat yang memasanya tadi orang yang begitu tulus dan Jujur
Tiang Listrik : cukup aku yang jadi korban.
Pohon : Maksudmu apa teman..?
Tiang Listrik : Dulu aku begitu bahagia karena aku bisa menerangi jalan, bisa menerangi Rumah, bisa menerangi masjid, TAPI lihat sekarang Aku, Hampir setiap hari dan setiap malam aku Mati, padahal di luar sana banyak yang sangat memerlukan listrik. Tapi karena orang-orang yang suka mengumbar janji ketika Kampanye, banyak Korupsinya, Padahal dulu dia berjanji jika dia terpilih Pendidik gratis, tarif listri turun, Tarif PDAM murah. Lagi-lagi hanya Janji.!
Pohon : huft……
IPL
Kamis, 10 Oktober 2013
Suami yang Buta*
Suatu ketika seorang Ibu rumah tanggah yang suaminya seorang Tuna Netra, Ibu ini RAJIN sekali menjaga Penampilan sebaik mungkin meskipun sehari-harinya berada di Dalam Rumah, dia bersolek hanya untuk suaminya.
"Dan Suatu Hari ada Tetangganya main kerumahnya dan berkata kepada ibu ini.
"maaf bu, "kenapa Ibu Berdandan dan RAJIN menjaga Penampilan, Padahal Suami ibu kan TIDAK bisa Melihat Ibu...?
dan ibu tersebut menjawab, "Suami saya memang tidak bisa melihat saya. TAPI, Allah SWT, Tuhan saya selalu melihat saya. Saya melakukan ini bukan karena ingin dipuji suami saya, Namun ini Adalah Karena Allah.
"Allah suka saya melakukan ini,maka saya melakukannya." dan Karena saya Mencintai suamiku Karena Allah.
IPL_IstriShaleha*
Perjodohan Preman Terminal dengan Wanita Salehah*
Dua
minggu setelah aku wisuda dari Perguruan Tinggi di Jakarta dengan nilai Comlude
aku telah merencanakan planing pekerjaanku kedepan,bahkan targetan untuk Study
S2 ku sudah aku rencanakan. Kebahagian kulihat di wajah ibu dan Ayah ku, malam
itu setelah siap sholat isya aku melanjutkan bacaan tilawahku tiba-tiba ibu
memanggil’ nduk.. nduk… keseni bentar..? Enjeh buk jawabku. Lalu aku bergegas
ke ruang tamu untuk menemui ibu!
Kulihat
senyuman merona bahagia di wajah ibu dan ayah, dengan basa-basi aku berkata ada
apa bue kok kayanya penting banget..?
Ibu
: ibu dan Bapak begitu bangga dan bahagia nduk, kamu sudah wisuda dengan
prestasi yang baik dan tepat waktu!
Aku
: Alhamdulilah buk, berkat kerja keras serta Doa Ibu dan Bapak aku bisa seperti
ini.
Bapak
: nduk,
Aku
: Injeh Pak ( Iya Pak ),
bapak
: kamukan sudah dewasa dan umurmu sudah 22 Tahun.
Aku
: ehmm iya Pak, Enten Nopo (ada apa..?)
“bapak
dan ibu Tersenyum’
Aku
: dalam hati aku berkata ( Ada apa ini…!)
Bapak: Bapak dan Ibu mu sudah Sepakat untuk
menjodohkan kamu dengan Anak dari sahabat bapak waktu sekolah dulu.! Bapak
paham sekali dengan bibit bobot keluarga mereka.
Aku
: hanya Bisa diam walau hatiku menolak ( bagaimana dengan pekerjaanku dan S2 ku)”
Bapak:
maaf nduk kalau bapak baru cerita hal ini sekarang, dari dulu bapak pengin
cerita tapi bapak takut menganggu kuliahmu, apa lagi waktu itu kamu mau ujian
akhir skripasi mu,”
Ibu
: ya nduk” bagaimana apakah kamu seteju..?
Aku
; “ Bingung, aku hanya bisa diam”
Tiba-tiba
ibu ku menegurku, lah kok melamun! Bagaimana kamu setujukan nduk..?
Aku
; Pak, buk! kenapa harus di Jodohkan”
padahal aku Pengin menikah secara Ta’aruf!
Bapak;
sama aja nduk, toh kamu sama Ikhwan belum pernah ketemukan.
Aku
: Mohammad ikhwan, maksud bapak! Anak nya Pakde Rahman yang punya Tokoh
bangunan di kampung sebalah kan Pak..? cetus ku dengan nada kasar.
Bapak
: Lah kamu kenal toh..?
Aku
: Kenalah pak’ Siapa yang tidak kenal Preman terminal, suka meresin uang anak
sekolah, kerjanya Cuma bisa mabok-mabokan.
Bapak
: ngawur kamu nduk..” kata siapa kamu..?
Ibu
: Iya nduk, jangan asal nuduh, “Tidak baik!
Aku:
ya aku tau Pak, Buk. Waktu saya sekolah SMA d Kota kan sama dia walau kami beda
sekolah, saya tahu persis” Tingkah
lakunya Pak!
Bapak:
itukan dulu nduk sekarang pasti sudah berubah” wong ikhwan sekarang Kuliah di
Sumatera.
Aku
: Temen-temen sekolahku bilang dia tu, suka gonta-ganti pacar” Pokoknya aku
ndak setuju kalau aku di jodohkan sama Preman itu ( Mohammad Ikhwan)
Bapak
: Bapak sudah ketemu dengan Orangnya kemaren, orangnya baik kok, Ramah! Ngerti
Toto Kromo
Aku
: Itu Cuma Topeng Pak.
Bapak
: Kamu jangan menolak ( dengan nada kasar ) Pokonya kamu sudah bapak jodohkan
sama si Ikhwan. “ minggu depan keluarga
ikhwan mau kesini melamar kamu!
Aku
: “Aku merasa tersudut, Tetesan airmata di pipi Tak terasa! Lalu aku berdiri
dan meninggalkan ibu dan bapak. Aku
berlari ke Kamar!
“Tiba-tiba
ada yang mengetuk pintu kamarku, Siapa sahutku, ini Ibu Nak! Masuk aja Buk
Pintu ndk saya kunci.
Ibu
: (Sambil menghelus-helur kepalaku ), Kenapa nduk..? kamu keberatan ya! Maksud
tujuan Bapak tu bener loh nduk, Ya coba kamu Istiqharah dulu.
Aku
: Buk, Aku tahu Persis siapa Mohammad Ikhwan itu! Orangnya kasar, Tidak punya
tujuan hidup yang jelas. Mentang-mentang anaknya orang kaya.
Ibu
: Tapi itu dulu, sekarang dia sudah berubah loh nduk! Yo wes kamu istirahat dulu sudah malam, Ibu
juga mau tidur.
Aku
: Iya buk.
“Malam
itu aku tidak bisa tidur, hanya terfikir dengan ucapan Bapak! Ini Tidak mungkin
aku akan menikah dengan seorang Preman.
Satu
minggu Kemudian tibalah waktunya, Tepat malam Sabtu sesudah sholat isya aku
mendengar Suara mobil berhenti depan rumahku,Aku semakin Panik”! Apa yang harus
aku lakukan “Apakah aku harus kabur dari Rumah. Oh Tidak! Orang tuaku pasti
malu dan kecewa terhdapku.
Tidak
lama kemudian SMS masuk di HP ku, ternyata SMS dari sahabatku, “ ternyata itu
sms ucapan selamat “Subhannalah.. Selamat ya ukhti akhirnya ada seorang ikhwan
yang melamar mu. Dalam hatiku bukan ikhwan yg melamarku tapi Preman terminal
Cuma namanya saja yang ikhwan. SMS dari sahabat yang lain juga masuk. “ ana
kecewa dengan anti” aduh apalagi ni gumanku.
SMS itu tidak satupun yang aku Balas.
Nduk..nduk..,
sambil mengetuk pintu ibu memanggilku, Iya buk” jawab ku. Sebentar….
Cepatan
toh tuh, Keluarga Ikhwan sudah dateng!
Akupun
Keluar Kamar sambil menundukan kepala, aku tak sanggup melihat wajah preman
itu. Di Ruang tamu itu aku duduk dekat Ibukku. Sedangkan Preman itu duduk
dengan Ayahnya.
Setelah
cukup lama keluaraga kami berbincang-bicang mengenai keluarga masing-masing,
aku belum berani melihat wajah preman itu, dan akupun belum mendengar suaranya
dari tadi. “ dalam hatiku berkata sok pendiam, dasar preman! Pasti TATOknya ada
di mana-mana.
.”Akhirnya
aku beranikan untuk melihat Preman itu, aku awali melihat dari bawah ( Pasti
celananya jins) begitu kaget aku, ternyata tebakanku salah dia memakai calana
dasar, dan celana gantung dibawah mata kaki, dan kulihat dia memakai baju kokoh
warnah Putih, ku lihat wajahnya dia hanya bisa tertunduk dan ku lihat bibirnya
berkomat-kamit subhannalah ternyata dia Berzikir, dan kulihat rambutnya model
belah pinggir dengan rapih, beda dengan yang dulu, dulu rambutnya ke Atas
menantang Tuhan. Sekarang dia berbeda,
dia memakai kaca mata. Astaqfirllah apa yang kulihat
Akhirnya
sekian lama”
Bapak:
Loh kok nak ikhwan diam saja
Pakde
Rahman: Masih malu-malau pak
Sontak
kami tertawa kecuali aku dan ikhwan hanya bisa tersenyum kecil.
Akhirnya
Ikhwan berkata : (dengan lembah lembut dia berkata ) Ayah, dan Pak le (Ayah
ku). Ikhwan begitu kaget dengan
perjodohan ini, baru seminggu yang lalu ayah cerita dengan ikhwan. Apalagi
malam ini langsung mau melamar anak Pak
lek, sungguh pak Lek ikhwan tidak ingin mendzolimi anak pak Lek, biarkan anak
pak Lek di beri kesempatan untuk membertimbangkan dulu. Saya tahu anak pak Lek anak yang cerdas dan
Soleha, jadi biarkan beliau yang menentukan pilihanya. Sungguh Pak Lek anggap
saja malam ini kami berta’arufan. Dan sebagai Pertimbangannya ini Pak lek Aku
Tinggalkan Proposal sabagai bahan pertimbangan anak Pak lek. Dan ikhwan juga butuh pertimbangan “ikhwan
juga belum bisa meng iyakan atau tidaknya hubungan antara ikhwan dengan anak
pak lek”. Dan setelah itu “Keluargaku dan keluaraga ikhwan sepakat dengan
usulan ikhwan.
“Setelah
dua hari pertemuan malam itu setelah sholat Duha aku beranikan diri untuk
membuka Proposal yang di tinggalkan oleh ikhwan, Allahuakbar aku melihat
biodatanya, pengalaman organisasinya,serta amanah yang diebaninya diantaranya
pernah menjadi Ketua LDK se Sumatera Barat, Kaderisasi LDK bahkan Kaderisasi
Partai Dakwah. Linangan air mata tak terasa di pipiku selama ini aku salah
menilai dia, aku tidak sadar Bahwah setiap Hamban ALLAH berhak menerima
Hidayah. Tapi ada yang aneh dengan persaan ini kenapa aku takut ikhwan yang
akan menolakku. Lalu aku mencari informasi mengenai ikhwan, apakah benar dia
masih ngaji dan seorang ikhwan ( Aktivis dakwah ), dan akhirnya informasinya ku
dapatkan, Allahukabar ternyata sepak terjangnya di dalam dakwah jangan di
ragukan lagi, financialnya dia sudah mandiri semenjak awal kuliah dan merintis
usaha, bahkan dia sering mengisi pengajian,pelatihan,training, Subhannallah dan
yang membuatku terkejut tidak satu atau dua akhwat saja yang mengangguminya
bahkan labih. Aku semakin bigung dengan persaan ini! Aku Terniang dengan
kata-kata dia (“ikhwan juga belum bisa meng iyakan atau tidaknya hubungan
antara ikhwan dengan anak pak lek”.) kenapa aku yang takut ada apa ini!!!!
BERSAMBUNG..?
IPL_CemotIPL*
Judul
: Perjodohan Preman Terminal dengan Wanita Salehah
Episode:
Satu
Penulis
: Iwan Popi Laya
Darwis Tere Liye
Tere Liye*
Saya
rasa sebagian dari kita sudah tidak Asing dengan nama Tere Liye, sosok seorang
penulis Novel yang sudah menulis 16 buku, bahkan diantara 16 buku tersebut
sudah difilm kan dan sangat laku di Bioskob diantaranya hafalan Delisah, Bidadari-dari
Syurga dll. Tadi pagi Alhamdulilah di mintak untuk bisa menemani beliau ketika
acara Talk Show di UKK UNP, Subhannallah banyak belajar dari beliau tentang
Ilmu menulis dan yang sangat luar biasa dari beliau adalah kesederhanaan beliau.
Cerita
di dalam Mobil
Lelucun
tapi, Serius! Kata mas Tere liye saya pernah di undang lewat Email dari
kalimatan, kurang lebih seperti ini undangannya, Ustadzah kami dari lembaga ini
(..) mau mengundang ustadzah untuk bedah buku? Kwkwkwkwkkwk ngaka kami dalam
mobil dengan mas Tere Liye.
Makan
Bareng di Rumah Makan Lamun Ombak,
Kata
Mas Tere, ni Rumah ganti aja Lamun Ombak jadi Lamun Aspal, dari dulu saya lewat
kota padang kok ndk ada Ombaknya… heeeeeee, ketika makan beliau ingat belum
Laporan ke Istri kalau beliau sedang makan, terus saya bertanya kok harus
Laporan mas,Takut sama Istri ya, heeeee! Bukanya takut mas iwan tapi biar istri
tidak cemas di rumah.
Kesederhanaan
Saya
sangat tajub dengan beliau, benar-benar menjaga Hijab, ketika ada seorang
peserta ingin mintak foto beliau menolak, kata beliau saya tidak mau foto
dengan Perempuan yang bukan Mahram, dan ketika ada cowok-cowok mintak foto beliau bilang maaf mas
saya bukan Artis atau tokoh terkenal! Tolong jangan berlebihan mengenai saya, Keren……
Nasehat
Ente
umurnya berapa wan, 25 Mas aku jawab,# waduh…. Belum nikah juga…? Terlipat..terlipat
ni wajah Gw.
Langganan:
Postingan (Atom)